BagusNews.Co – Forum Ekonomi Kreatif (Fekraf) Banten bersama Fesbuk Banten News (Fbn) menggelar kegiatan Orasi budaya dalam rangka memperingati HUT Banten yang ke 2022. Kegiatan yang diadakan di Taman deduluran Kota serang ini mengambil tema “Gagasan dan Harapan Banten XXII”.
Meski sederhana, acara ini dihadiri oleh masyarakat lintas Komunitas, seniman, aktivis, pegiat sosial, pegiat literasi, Musisi, akademisi, wartawan, Mahasiswa, Aktivis Perempuan, pemuda dan masyarakat dari kabupaten kota se Banten.
Meski sempat tertunda karena diguyur hujan deras, orasi budaya yang di bawakan oleh setiap unsur masyarakat yang hadir mulai dari penyampaian aspirasi, pembacaan puisi, penampilan seniman dan musisi, secara bergantian, diikuti dengan khidmat oleh seluruh masyarakat yang hadir hingga akhir acara.
Andi Suhud Trisnahadi selaku ketua Fekraf Banten menyampaikan rasa terima kasih dan turut berbangga kepada seluruh hadirin yang hadir dan ikut menyuarakan aspirasi untuk provinsi Banten. Pria yang dikenal sebagai desainer grafis ini juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah aktivasi ruang publik yang ada di provinsi Banten khususnya kota Serang.
“Saya sangat mengapresiasi kepada unsur masyarakat yang hadir, saya kira kegiatan ini merupakan medium kita untuk saling bertukar pikiran, memberi gagasan, meng evaluasi apa-apa yang telah pemerintah dan masyarakat lakukan di provinsi ini (Banten). Dan untuk tempat pelaksanaan nya , kami sengaja mengadakan di taman deduluran ini sebagai upaya kami untuk mengaktivasi dan memaksimalkan ruang publik untuk hal-hal positif, dari mulai bertukar pikiran bahkan berkreasi. Dan kita butuh ruang-ruang publik seperti ini diperbanyak” Ujarnya
Dalam orasinya, Uday Suhada perwakilan dari Alipp menyampaikan bahwa Reformasi birokrasi yang ada di provinsi Banten ini merupakan hal yang harus di evaluasi. Uday yang dikenal kritis ini menyampaikan masih banyak para pejabat ASN kita yang masih mengedepankan nilai-nilai transaksional untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu, ini mengakibatkan pelayanan yang di lakukan oleh pemerintah akhirnya menjadi tidak maksimal.
“Saya banyak menemui di kalangan para ASN di provinsi Banten ini masih sangat banyak yang jual beli jabatan, ini seharusnya tidak boleh terjadi, karena dampaknya akan sangat buruk bagi pembangunan provinsi Banten, jauh dari kata profesional pada akhirnya, jika para pejabat kita masih berkutat pada urusan jual beli jabatan. Dan ini akan mengakibatkan pembangunan di provinsi Banten akan menjadi stagnan” Ujar uday dalam orasinya .
Di giliran berikutnya, Saprol Ketua Pokja wartawan harian dan elektronik provinsi Banten, menyampaikan kritik dan merasa tidak puas dengan pemimpin-pemimpin yang pernah memimpin provinsi Banten, dari mulai korupsi, pembangunan yang tidak mengedapankan sense of cirisis, pria yang dikenal sebagai jurnalis kritis ini menyampaikan bahwa pembangunan Banten Internasional Stadium hanya menembah beban utang provinsi.
“Banten internasional stadium itu sangat membebankan APBD provinsi Banten, Bangunan yang di bangun dengan cara berhutang itu hanya menjadi bangunan yang sangat ekslusif dan tidak bisa dinikmati oleh masyarakat Banten secara umum, bahkan setelah bangunan itu jadi, setiap tahunnya provinsi Banten harus mencicil pembayaran hutang dari bangunan itu, ini menjadi beban yang sangat berat bagi provinsi Banten” Ujar Saprol dalam orasinya.
Lain lagi dengan pandangan seorang akademisi, Firman Hadiansyah, Akademisi Untirta dalam kesempatan orasinya menyampaikan nilai-nilai historis yang harus di refleksikan oleh provinsi di umur yang ke 22 ini. Di dalam Babad Banten pupuh sinom 22 tertulis “gawe kuta baluwarti, bata kalawan kawis” yaitu membangun peradaban dari bata dan karang.
“Dalam kaca mata semiotika, bata merepresentasikan budaya agraris sementara karang simbol maritim. Artinya Babad Banten tersebut mengajarkan keseimbangan. Jadi pembangunan Banten tidak akan bisa berhasil jika tidak seimbang antara pembangunan agraris dan pembangunan maritim nya” kata pria yang belum lama dianugrahi ASN inspiratif nasional dalam orasinya.
Sebagai perwakilan tokoh mahasiswa, dihadirkan Faris Nurul Yaqin, seorang aktivis Banten yang menyampaikan bahwa kunci dari pembangunan sebuah provinsi tidak hanya terletak pada pemerintahnya saja, yang menjadi kunci adalah masyarakatnya, melalui fungsi control sosialnya dan kolaborasi nya.
” Tema HUT yang ke 22 ini adalah Banten tangguh, Ekonomi tumbuh. Ini adalah doa yang harus kita aminkan. Karena sebuah kolaborasi adalah sebuah keniscayaan untuk kemajuan suatu daerah. Kita harus terhubung, ber kolaborasi dan membuat sebuah perayaan untuk sama2 membangun provinsi Banten, provinsi kita tercinta” Ujar Faris dalam orasinya.
Kegiatan berjalan dengan kondusif dan lancar, dan berakhir saat tepat sebelum adzan maghrib. Menarik kesimpulan dari seluruh peserta orasi yang hadir, seluruhnya menyampaikan pandangan soal Banten di usia 22 tahun masih belum memenuhi keinginan masyarakat pada umumnya, terlebih bila dibandingkan dengan provinsi seusia lainnya. Harapan serta gagasan mungkin akan terwujud bila semua unsur masyarakat bergabung dan duduk bersama, bahu-membahu memberikan kontribusi positif agar provinsi Banten menjadi lebih maju.***