BagusNews.Co – Lebaran tinggal dua pekan lagi, namun tidak semua warga di Kota Serang bisa merayakan Hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah dengan baju dan celana baru.
Agar bisa membeli baju lebaran, A (30) salah satu warga Kota Serang mengaku terpaksa mengemis bersama anaknya yang masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD) di lampu merah, Ciceri, Kota Serang.
Menurutnya, sejak ramadan hari pertama pada 23 Maret 2023 lalu, dirinya sengaja mengajak putra sulungnya mengais rezeki di jalanan.
Salah satu alasan mengajak serta anaknya, agar pendapatannya dari hasil mengemis bisa membeli baju lebaran.
“Kalau saya sendiri yang mengemis, paling banyak dapat Rp30 ribu sehari, itu hanya cukup untuk makan sehari-hari. Tidak bisa beli baju lebaran,” ungkapnya saat ditemui BagusNews.Co, Jumat malam, 7 April 2023.
Dia menuturkan, pendapatannya meningkat saat mengemis dengan anaknya di lampu merah.
“Kalau bareng anak, alhamdulilah bisa dapat Rp50 ribu per hari. Sehingga ada yang bisa ditabung untuk kebutuhan lebaran,” ujarnya.
Meskipun hasil mengemis bertambah, dirinya mengaku sebenarnya tidak tega mengajak anaknya ikutan menjadi pengemis.
“Malu sebetulnya, tapi yang namanya orang lapar itu tidak bisa di bohongi. Apalagi mau lebaran, anak-anak juga mau pakai baju baru seperti teman-temannya yang selalu dibelikan orang tuanya,” bebernya.
Keputusannya mengemis di lampu merah bersama anaknya, sering menjadi omongan tetangga. Namun begitu, ia mengaku tidak peduli, sebab yang memberi makan anaknya bukan tetangga.
Ibu dari tiga anak ini melanjutkan, ia hidup berlima di rumah bersama ketiga anaknya. Suaminya sendiri merupakan pedagang mie keliling, sementara anak kedua dan ketiganya masih balita (di bawah lima tahun).
“Hanya anak pertama yang saya ajak mengemis, sedang dua anak lainnya di rumah, dijaga suami setelah berjualan mie,” tuturnya.
Minimnya pendapatan suami turut menjadi alasan Ainun mengemis di jalanan bersama sang anak.
“Ya mau bagaimana lagi. Selagi saya bisa mencari dan suami saya mengizinkan, saya kerjakan, asalkan tidak merugikan orang lain,” urainya.
Selama Ramadan, ia mengaku baru keluar rumah untuk mengemis pada pukul 19.00 WIB, dan pulang pukul 23.00 WIB.
“Mencari rezeki halal sangat tidak mudah, karena harus menghindar dari kejaran Satpol PP saat ada penertiban pengemis dan anak jalanan,” ungkapnya.
Bila keberadaan pengemis menganggu ketertiban, dirinya berharap kepada para pejabat, wakil rakyat dan Walikota Serang untuk memberikan solusi pada keluarganya.
“Kami melakukan ini terpaksa Pak, kalau ngemis dilarang, siapa yang kasih kami makan,” pungkasnya. (Red/Misbah)