BagusNews.Co – Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten mencatat realisasi investasi di triwulan ketiga tahun 2024 tembus ke angka Rp25,19 triliun. Jika ditarik dari Januari 2024, total realisasi investasi yang masuk mencapai Rp83,44 triliun atau 85,32 persen dari yang ditargetkan nasional sebesar Rp97,79 triliun.
Melihat capaian itu, Pemprov optimis sampai akhir tahun nanti realisasi investasi akan Kembali melampaui target seperti tahun sebelumnya. Meski demikian, ada tantangan besar yang dihadapi Pemprov di balik capaian ‘manis’ realisasi investasi itu, yakni Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, profesional dan siap kerja karena sektor ini menuntut kompetensi yang tinggi.
Terlebih, jika melihat trand sektor investasi yang mendominasi masuk ke Provinsi Banten, sektor industry padat modal masih menjadi primadona dari tahun ke tahun, misalnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Kawasan industry masuk yang paling besar mencapai 22,05 persen dari target atau Rp7,81 triliun.
Kemudian disusul sektor transportasi, Gudang dan telekomunikasi sebesar 17,37 persen. Sedangkan diperingkat tiga besar ada sektor industry kimia dan farmasi sebesar 10,87 persen atau Rp3,85 triliun.
Sementara untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya berada pada urutan pertama sebesar Rp12,41 triliun atau 25,84. Selanjutnya disusul industry kimia dan farmasi sebesar Rp11,80 triliun atau 24,85 persen.
“Ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Pemprov Banten,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Banten Hario Kartiko, ditulis Sabtu 26 Oktober 2024.
Apalagi, kata Hario, sektor investasi ini menyumbang sekitar 30 persen dari pertumbuhan ekonomi di daerah. Sehingga dengan posisi itu, sektor ini sangat vital, penting dan menjadi tolak ukur dalam menopang perekonomian di daerah.
“Kami mengapresiasi capaian investasi ini. Ini merupakan sebuah capaian hasil kerja keras semua pihak. Dari data yang disampaikan tadi alhamdulillah banten masih rengking 5 nasional,” ucapnya.
Kepala DPMPTSP Provinsi Banten Virgojanti mengungkapkan, secara nasional pada triwulan ketiga ini capaian investasi di Provinsi Banten masuk lima besar setelah Sulawesi Tengah yang berada pada peringkat keempat, Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta yang berada pada posisi pertama.
Dari jumlah itu, untuk investasi PMDN Kabupaten Tangerang masih mendominasi dengan nilai investasi yang mencapai Rp4,90 triliun atau 39,40 persen. Kemudian disusul Kota Cilegon sebesar Rp1,82 triliun atau 14,68 persen. Di posisi ketiga ada Kota Tangerang sebesar Rp1,62 triliun dan di posisi keempat ada Kabupaten Serang sebesar Rp1,61 triliun.
Sedangkan untuk PMA, Kota Cilegon masih menduduki posisi pertama dengan nilai investasi mencapai Rp6,24 triliun atau 49,09 persen. Lalu kemudian disusul Kabupaten Serang sebesar Rp3,40 triliun atau 26,76 persen dan posisi ketiga ada Kabupaten Tangerang sebesar Rp2,01 triliun atau 15,83 persen.
“Trand sektor investasi di Provinsi Banten dari awal tahun sampai sekarang masih di dominasi oleh sektor industry kimia dan farmasi sebesar 18,76 persen atau Rp15,65 triliun dengan total 1.936 proyek,” katanya.
Virgo juga mengaku terus melakukan koordinasi dengan Kabupaten dan Kota untuk menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi, sehingga investor bisa lebih mudah masuk ke Provinsi Banten. Jika persoalan itu tidak bisa diselesaikan di tingkat Kabupaten/Kota, maka Provinsi akan ikut memfasilitasi menyelesaikannya.
“Kita optimis capaian nanti bisa lebih dari 100 persen,” pungkasnya.
Sementara, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Septo Kalnadi mengatakan saat ini Pemprov Banten tengah fokus pada peningkatan kualitas SDM melalui link and macth antara dunia pendidikan dengan kebutuhan kerja di industry dengan membentuk Tim Koordinasi Daerah Vokasi (TKDV) di setiap daerah.
TKDV merupakan implementasi dari Peraturan Presiden (PP) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi yang di dalamnya terdapat para stakeholder pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi, dengan menerapkan 3 pilar yang menjadi pelaku utama dari revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi (RPVPV) yaitu Pendidikan Vokasi, Pelatihan Vokasi, dan dunia Industri.
“Sehingga kita berharap dengan terbentuknya TKDV ini, link and macth itu terbangun dengan baik dan apa yang dibutuhkan industry bisa kita penuhi,” katanya.
Septo melanjutkan, TKDV ini merupakan pengembangan dari program Skill Developmen Center (SDC) yang pernah diterapkan sebelumnya. Hanya saja dalam TKDV ini kita melibatkan instrument pentahelix semua pihak, mulai dari perguruan tinggi, industri, pemerintahan, pengusaha, pekerja dan penerhati.
Tidak hanya itu, saat ini pihaknya juga telah melakukan kerjasama dengan sejumlah forum HRD terkait dengan perkembangan kebutuhan industri. Hal itu sebagai langkah dalam menyesuaikan pendidikan vokasi yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Banten maupun milik Kemenaker.
“Karena kebutuhan industri terus berubah mengikuti perkembangan, dan itu harus kita sesuaikan. Bahkan dalam 2 tahun ini kami juga mengeluarkan sertifikat profesi bagi yang melakukan pelatihan di BLK Provinsi Banten,” jelasnya. (Red/Dede)